TUGAS BESAR
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
KECAMATAN BARABAI
Oleh :
DEWI ROSANI H1E109012
DEWI KUSUMA WARDANI H1E1090
FAULINA MILIANIE H1E109073
DOSEN PEMBIMBING
ANDY MIZWAR, ST, M.Si
NIP 19800707 200801 1 029
PROGRAM STUDI S1-TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2011
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
A. Jumlah Penduduk dan Fasilitas Kota
Jumlah penduduk di kecamatan Barabai Hulu Sungai Tengah pada tahun 2010 adalah 50.703 jiwa. jumlah penduduk di wilayah perencanaan selama 10 tahun dari tahun 2001 sampai 2010, ditunjukkan oleh tabel 2.1:
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Barabai Hulu Sungai Tengah
N0. | Tahun | Jumlah |
Penduduk | ||
1 | 2001 | 46,303 |
2 | 2002 | 46,400 |
3 | 2003 | 47,409 |
4 | 2004 | 47,695 |
5 | 2005 | 49,080 |
6 | 2006 | 49,019 |
7 | 2007 | 49,213 |
8 | 2008 | 49,896 |
9 | 2009 | 48,235 |
10 | 2010 | 50,703 |
Wilayah perencanaan kecamatan Barabai kabupaten Hulu Sungai Tengah ini telah dilengkapi oleh berbagai fasilitas yaitu fasilitas pendidikan, tempat ibadah, kesehatan, perniagaan dan jasa, serta fasilitas umum, rekreasi dan olah raga yang ditunjukkan seperti pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Fasilitas Kecamatan Barabai Hulu Sungai Tengah
No | Fasilitas | Jenis | Unit |
1 | Pendidikan | TK | 39 |
SD | 36 | ||
SMP | 8 | ||
SMU/SMK | 6 | ||
2 | Kesehatan | Rumah Sakit | 1 |
Posyandu | 39 | ||
3 | Perniagaan dan Jasa | Pasar | 2 |
Toko | 320 | ||
Terminal | 1 | ||
4 | Tempat Ibadah | Langgar | 112 |
Mesjid | 22 | ||
5 | Umum, Rekreasi, dan Olahraga | Perkantoran | 65 |
Hotel/Penginapan | 5 | ||
Gedung Olahraga | 1 |
B. Peta Kecamatan Barabai
Wilayah Perencanaan kecamatan Barabai merupakan wilayah yang memiliki luas sebesar 54,57 km². Wilayah perencanaan ini terletak pada posisi koordinat 200 Lintang Selatan dan 1150 Bujur Timur yang tergambarkan pada peta berikut:
Gambar 2.1 Peta Kecamatan Barabai
C. Hidrologi
Potensi hidrologi yang dimiliki oleh wilayah perencanaan ini adalah air permukaan yaitu air sungai yang berada di daerah pegunungan. Pola aliran sungai pada wilayah ini adalah pola aliran pinate di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip. Berdasarkan arah alirannya wilayah ini terbagi menjadi 3 daerah aliran sungai (DAS). Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.
a. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
b. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg. Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
c. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
Jumlah curah hujan dan hari hujan rata-rata tahunan di wilayah ini pada tahun 2001-2010 dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Data Curah Hujan Kecamatan Barabai Hulu Sungai Tengah
Bulan | Jumlah Curah Hujan(mm) | Jumlah Hari |
Hujan | ||
Januari | 345 | 16 |
Februari | 235 | 6 |
Maret | 327 | 18 |
April | 445 | 12 |
Mei | 88 | 9 |
Juni | 126 | 15 |
Juli | 197 | 15 |
Agustus | 201 | 12 |
Sepember | 210 | 10 |
Oktober | 104 | 4 |
November | 324 | 19 |
Desember | 364 | 17 |
Jumlah | 2.966 | 153 |
BAB III
DASAR PERENCANAAN DAN KRITERIA DESAIN
A. Proyeksi Perkembangan Penduduk dan Fasilitas Kota
Prediksi jumlah penduduk dan fasilitas kota di masa yang akan datang sangat penting dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan air minum di masa yang akan datang. Prediksi ini didasarkan pada laju perkembangan kota dan kecenderungannya, arahan tata guna lahan serta ketersediaan lahan untuk menampung perkembangan jumlah penduduk.
Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk dan fasilitas kota masa lampau, maka metode statistik merupakan metode yang paling mendekati untuk memperkirakan jumlah penduduk dan fasilitas kotandi masa mendatang. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang yaitu :
1. Metode Aritmatika
Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. Metode ini digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif sama tiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat pertumbuhan ekonomi kota rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat.
Rumus metode ini adalah :
dimana :
Pn = Jumlah penduduk yang diproyeksikan pada tahun ke-n
P0 = Jumlah penduduk tahun dasar
r = Kenaikan rata-rata jumlah penduduk
Tn = Tahun ke-n
T0 = Tahun dasar
N = Jumlah data diketahui
Tabel 3.1 Perhitungan metode aritmatik
2. Metode Geometrik
Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data jumlah penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu.
Rumus metode geometrik :
dimana :
Pn = Jumlah penduduk pada tahun yang diproyeksikan
Po = Jumlah penduduk awal
r = Rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun
n = Jangka waktu
N = Jumlah data diketahui
Tabel 3.2 Perhitungan metode geometrik
3. Metode Regresi Linear
Metode regresi linear dilakukan dengan menggunakan persamaan :
Tabel 3.3 Perhitungan metode regresi linear
4. Metode Eksponensial
Metode eksponensial dilakukan dengan menggunakan persamaan :
Tabel 3.4 Perhitungan metode eksponensial
4. Metode Logaritmik
Metode logaritmik dilakukan dengan menggunakan persamaan :
Tabel 3.5 perhitungan metode logaritmik
5. Dasar Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk dan Fasilitas Kota
Untuk menentukan metode paling tepat yang akan digunakan dalam perencanaan, diperlukan perhitungan faktor korelasi, standar deviasi dan keadaan perkembangan kota di masa yang akan datang. Koefisien korelasi dan standar deviasi diperoleh dari hasil analisa dan perhitungan data kependudukan yang ada dengan data penduduk dari perhitungan metode proyeksi yang digunakan. Korelasi, r, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Kriteria korelasi adalah sebagai berikut :
· r < 0, korelasi kuat, tetapi bernilai negatif dan hubungan diantara keduanya berbanding terbalik.
· r = 0, kedua data tidak memiliki hubungan.
· r > 1, terdapat hubungan positif dan diperoleh korelasi yang kuat, diantara kedua variabel memiliki hubungan yang berbanding lurus.
Standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Metode proyeksi yang dipilih adalah metode dengan nilai standar deviasi terendah dan koefisien korelasi paling besar. Pola perkembangan kota sesuai dengan fungsi kota di masa mendatang juga dijadikan acuan dalam menentukan metode proyeksi. Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan kecenderungan pertambahan penduduk di masa mendatang.
Tabel 3.6 Rekapitulasi nilai R2 dan STD masing-masing proyeksi
Aritmatik | Geometrik | Regresi Linier | Eksponensial | Logaritmik | |
R2 | -201.45 | 0.727 | -293,932.044 | 0.766 | 0.999 |
STD | 18582.387 | 682.064 | 0.000 | 0.00475 | 0.004723 |
Tabel di atas menunjukkan nilai korelasi dan standar deviasi yang berbeda dari tiap metode. Berdasarkan Tabel , metode proyeksi yang paling tepat digunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk wilayah perencanaan pada masa yang akan datang adalah metode regresi linier karena metode ini memiliki nilai faktor korelasi positif yang paling besar dan nilai standar deviasi paling kecil. Oleh karena itu metode logaritmik dianggap metode yang paling menggambarkan kondisi penduduk wilayah perencanaan 15 tahun mendatang dan akan digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk pada periode perencanaan.
Dengan menggunakan 5 metode diatas dapat diketahui proyeksi penduduk dan fasilitas kota di wilayah perencanaan dengan metode statistik logaritmik untuk jangka waktu proyeksi 15 tahun mendatang untuk kategori kota kecamatan atau desa, yaitu:
Tabel 3.7 Proyeksi jumlah dan kepadatan penduduk sampai tahun 2025 metode Logaritmik
Pertumbuhan di Kecamatan ini dari waktu ke waktu tentunya akan menyebabkan bertambahnya jumlah fasilitas umum dan fasilitas sosial yang terdapat di wilayah tersebut. Untuk memproyeksikan jumlah fasilitas umum dan fasilitas sosial di wilayah tersebut digunakan standar penduduk pendukung yang diperoleh dengan cara menghitung jumlah penduduk yang diwakili oleh satu unit fasilitas umum atau fasilitas sosial yang ada. Sehingga ketika pada tahun-tahun berikutnya jumlah penduduk meningkat dapat diketahui jumlah fasilitas umum maupun sosial yang seharusnya tersedia.
3.1.2 Proyeksi Perkembangan Fasilitas Perkotaan
Standar kebutuhan fasilitas perkotaan dalam perencanaan ini seperti tercantum pada tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.8 Standar Kebutuhan Fasilitas Perkotaan
Jenis Fasilitas | Standar Pendukung per-unit fasilitas (jiwa) | ||
FASILITAS PENDIDIKAN | |||
1 | TK | 1.000 | |
2 | SD | 1.600 | |
3 | SMP | 4.800 | |
4 | SMU | 9.600 | |
5 | Perguruan Tinggi | 70.000 | |
TEMPAT IBADAH | |||
1 | Masjid | 30.000 | |
2 | Musholla/langgar | 2.500 | |
3 | Gereja | 30.000 | |
4 | Pura/klenteng/vihara | 30.000 | |
FASILITAS KESEHATAN | |||
1 | Rumah sakit umum | 240.000 | |
2 | Rumah sakit bersalin | 10.000 | |
3 | Puskesmas | 30.000 | |
4 | Pustu/klinik/posyandu | 3.000 | |
5 | Apotek | 10.000 | |
FASILITAS PERNIAGAAN & JASA | |||
1 | Warung/kios | 250 | |
2 | Toko/Pertokoan | 2.500 | |
3 | Pasar | 30.000 | |
4 | Supermarket | 30.000 | |
5 | Terminal/stasiun | 30.000 | |
FASILITAS UMUM, REKREASI dan OLAH RAGA | |||
1 | Bioskop | 30.000 | |
2 | Gedung serbaguna | 480.000 | |
3 | Balai pertemuan | 30.000 | |
4 | Gelanggang olah raga | 30.000 | |
5 | Kolam renang | 100.000 | |
Tabel 3.9 Proyeksi Perkembangan Fasilitas Perkotaan sampai tahun 2025Proyeksi Fasilitas Kota Sampai Tahun 2025 Berdasarkan Blok
3.2 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Setelah dilakukan proyeksi terhadap jumlah penduduk di wilayah pelayanan, proyeksi kebutuhan air minum yang telah ditentukan dapat dihitung selama periode perencanaan dengan menggunakan suatu standar kebutuhan air bersih yang telah ada.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisa kebutuhan prasarana adalah hasil survey nyata. Proyeksi kebutuhan penduduk, scenario pembangunan perkotaan dan tingkat penyediaan prasarana yang ada saat ini serta persoalan yang telah diidentifikasikan. Analisis yang dilakukan harus dapat memperlihatkan besarnya kebutuhan dasar serta kebutuhan pengembangan (development need) dengan memperhatiakan teknologi yang siap pakai, standar-standar yang ada, serta perencanaan yang menggunakan teknologi non standar (Tim Penyusun Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, 2007).
Adapun kebutuhan Air Minum secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan domestik
2. Kriteria yang digunakan
a. Lihat hasil survey kebutuhan prasarana
b. Pemakaian air untuk SR= 120 lt/org/hr
c. Pemakaian untuk HU/TA = 60 lt/org/hr (standar pelayanan minimum)
3. Kebutuhan non-domestik
4. Kebutuhan industri dengan kriteria pemakaian air = 0,1 – 0,3 lt/ha/hr
5. Kebutuhan niaga dengan kriteria pemakaian air = 900 lt/niaga/hr (niaga kecil) dan 5000 lt/niaga/hr (niaga besar)
6. Kebutuhan fasilatas umum (Pendidikan, kantor pemerintahan dsb) dengan kriteria pemakaian air = 10% -15 % dari kebutuhan domestik
7. Prediksi dilakukan 15 – 20 tahun ke depan sesuai dengan Rencana Induk SPAM
8. Kriteria pemakaian di untuk hari maksimum = 1,15 pemakaian hari rata-rata
9. Pemakaian air untuk jam puncak = 1,5 – 1,7 pemakaian hari maksimum
10. Kebutuhan hotel = 3 m3/kamar/hr
Tabel 3.10 Kriteria Kebutuhan Air Domestik
No. | Kategori Kota | Kebutuhan Air (lt/orang/hari) | Perbandingan SR - HU | |
SR | HU | |||
1 | Kota Metropolitan | 190 | 30 | 90 - 10 |
2 | Kota Besar | 170 | 30 | 80 - 20 |
3 | Kota Sedang | 150 | 30 | 80 - 20 |
4 | Kota Kecil | 130 | 30 | 70 - 30 |
5 | Kota Kecamatan/Desa | 100 | 30 | 70 - 30 |
Kriteria layanan tiap SR = 3 – 6 orang/rumah
Kriteria layanan tiap HU = 100 orang/HU
à non-domestik : kriteria kebutuhan air berdasarkan jenis fasilitas
Tabel 3.11 Kriteria Kebutuhan Air Non-Domestik
Jenis Fasilitas | Satuan | Standar Pengguna (org/unit) | Kebutuhan Air Bersih | |
FASILITAS PENDIDIKAN | ||||
1 | TK | lt/org/hari | 70 | 15 - 30 |
2 | SD | lt/org/hari | 240 | 15 - 30 |
3 | SMP | lt/org/hari | 360 | 15 - 30 |
4 | SMU | lt/org/hari | 360 | 15 - 30 |
5 | Perguruan Tinggi | lt/org/hari | 750 | 15 - 30 |
TEMPAT IBADAH | ||||
1 | Masjid | lt/unit/hari | 800 - 2000 | |
2 | Musholla/langgar | lt/unit/hari | 300 - 1000 | |
3 | Gereja | lt/unit/hari | 200 - 600 | |
4 | Pura/klenteng/vihara | lt/unit/hari | 100 - 500 | |
FASILITAS KESEHATAN | ||||
1 | Rumah sakit umum | lt/bed/hari | 200 - 400 | |
2 | Rumah sakit bersalin | lt/unit/hari | 600 - 1000 | |
3 | Puskesmas | lt/unit/hari | 1000 - 1200 | |
4 | Pustu/klinik/posyandu | lt/unit/hari | 800 - 1200 | |
5 | Apotek | lt/unit/hari | 100 | |
FASILITAS PERNIAGAAN & JASA | ||||
1 | Warung/toko/kios | lt/unit/hari | 6 - 12 | |
2 | Pasar | lt/unit/hari | 2500 - 5000 | |
3 | Supermarket | lt/unit/hari | 1500 - 2500 | |
4 | Restoran/rumah makan | lt/kursi/hari | 100 | 40 - 140 |
5 | Koperasi | lt/unit/hari | 500 - 1000 | |
6 | Bank | lt/unit/hari | 1100 - 1500 | |
7 | Asuransi | lt/unit/hari | 1100 | |
8 | Terminal/stasiun | lt/unit/hari | 2000 - 45000 | |
FASILITAS UMUM, REKREASI dan OLAH RAGA | ||||
1 | Kantor pemerintah | |||
a. Kantor desa | lt/org/hari | 15 | 10 - 50 | |
b. Kantor kecamatan | lt/org/hari | 30 | 10 - 50 | |
c. Kantor kabupaten | lt/org/hari | 50 | 10 - 50 | |
d. Instansi otonom | lt/org/hari | 30 | 10 - 50 | |
e. BUMN/BUMD | lt/org/hari | 500 | 10 - 50 | |
2 | Bioskop | lt/unit/hari | 1000 - 3000 | |
3 | Gedung serbaguna | lt/unit/hari | 1000 - 3000 | |
4 | Balai pertemuan | lt/unit/hari | 1500 - 2000 | |
5 | Hotel/penginapan | lt/bed/hari | 75 - 150 | |
6 | Gelanggang olah raga | lt/unit/hari | 1200 - 1600 | |
7 | Kolam renang | lt/unit/hari | 1000 - 1300 | |
KEGIATAN INDUSTRI | ||||
1 | Industri besar | lt/org/hari | 750 | 25 |
2 | Industri sedang | lt/org/hari | 300 | 25 |
3 | Industri kecil | lt/org/hari | 50 | 25 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar